Ketika remaja Ferdinand Dumeda adalah anak yang tidak peduli terhadap orang-orang di sekitarnya, namun sebuah kejadian akhirnya mampu merubah hidupnya.
“Pada waktu dinyatakan tidak lulus (SMA) itu saya kecewa berat, sejak saat itu saya mau menghibur orang-orang yang kecewa dan putus asa seperti saya.”
Sejak kenyataan pahit itu Ferdinand berubah menjadi pribadi yang sangat peduli terhadap orang di sekitarnya. Dia membantu orang miskin, mengunjungi orang sakit dan memberikan motivasi terhadap orang-orang yang terbuang.
Tidak hanya itu, Ferdinand pun sangat mencintai keluarganya dan mengambil peran sebagai ayah yang baik. Keluarganya bahagia dan sempurna, sampai suatu ketika kecelakaan hebat terjadi.
Sebuah mobil menghantam motor Ferdinand yang tengah membonceng istri dan putrinya. Ferdinand terlempar sampai 30 meter ke depan dan kehilangan kesadaran untuk beberapa saat. Saat sadar, dia tahu bahwa dia terbaring di atas aspal panas dan mulai panik mencari istri dan putrinya.
Di sisi lain keadaan istrinya mengejutkan, antara menahan panasnya aspal dan kakinya yang sakit, istrinya berteriak kesakitan. Mendengar itu Ferdinand bangkit dan berjalan mendekat dengan tertatih. Rupanya aspal itu dengan cepat melekat sehingga istrinya menempel di jalan. “Itu seperti kita cabut pohon dengan akar-akarnya”, Ferdinand mengenang.
Dua orang warga yang ada di sekitar tempat kejadian langsung membawa istri Ferdinand ke rumah sakit. Ferdinand yang mulai sadar bahwa putri mereka tidak ada pun semakin panik. Tidak jauh dari tempat ibunya, ternyata putrinya sudah tergeletak tak berdaya.
“Saya tarik anak saya, lima menit kemudian nafasnya putus disana,” ungkap Ferdinand.
Masih berduka karena kematian putrinya, Ferdinand datang melihat kondisi istrinya. Kakinya luka parah dan kondisinya kritis berulang-ulang. Ferdinand begitu hancur hati menerima kenyataan tragis ini. Air matanya tak henti membasahi wajahnya ketika menunggu dokter yang menangani istrinya dan mengenang putrinya yang telah tiada.
“Cita-cita saya untuk anak saya runtuh semua. Hati saya hancur, antara menangis, kecewa dan gemetar semua bercampur”, Ferdinand mengenang.
Rasa kesal berkecamuk di pikirannya, dia mulai menyesali mengapa dia dan keluarganya harus pergi ke luar hingga akhirnya kecelakaan ini terjadi.
Dokter yang angkat tangan menangani istri Ferdinand menyarankan agar Ferdinand membawa istrinya ke Jakarta. Ketika dibawa ke Jakarta, kondisi kulitnya sudah mati pertolongan pertama yang dilakukan adalah menarik kulitnya. “Setelah diangkat yang tersisa hanya daging dan lemak,” ungkap dokter Pungky, spesialis kulit dan luka bakar yang merawat istri Ferdinand.
Kondisi istrinya yang luka parah serta pergumulan mereka tentang biaya, membuat Ferdinand tak berdaya.
“Saya sudah membantu orang lain, tapi kok peristiwa ini tetap saya alami?”, gumam Ferdinand.
Ketika kondisi istrinya mulai membaik dan sudah sadar dari masa kritisnya, sang istri menceritakan pengalaman supranaturalnya ketika masa kritis.
Ketika itu, istri Ferdinand begitu menginginkan kematiannya sendiri, karena pikirnya dia tidak akan bisa melakukan apa-apa sekalipun dia selamat.
“Tiba-tiba saya melihat suatu sinar yang besar dan saya bertemu Yesus. Kami bertatapan tapi saya tidak bisa lihat wajahNya karena penuh dengan kemuliaan dan penuh dengan sinar,” ungkap Like, istri Ferdinand. Dalam perjumpaannya dengan Yesus itu, Yesus berpesan bahwa masih ada tugas yang harus dikerjakan olehnya dan suaminya.
“Disitulah yang membuat saya bersemangat untuk hidup karena bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, mau dia cacat atau sempurna kalau Tuhan mau pakai sebagai saksiNya pasti Tuhan sanggup,” ungkap Like bersemangat.
Iman Like akhirnya membuat Ferdinand kembali berserah kepada Tuhan. “Daripada bersungut-sungut, daripada ninggalin Tuhan, lebih baik percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan,” ungkapnya.
Ini bukanlah akhir dari segalanya, dibalik semua yang menyakitkan ini Tuhan mempunyai rancangan luar biasa bagi kehidupan Ferdinand . Sejak saat itu Ferdinand berhenti untuk meratapi nasibnya dan dia membuat keputusan bahwa dirinya masih mempunyai harapan.
Peristiwa itu membuat Ferdinand lebih menyatu dengan pelayanannya. Hal ini membawa dampak tersendiri, orang-orang yang diberinya semangat kini bisa lebih mudah menyerap dan mengalami trobosan dalam kehidupan mereka.
“Jangan cepat putus asa dan menyerah pada keadaan, karena kehidupan kita tidak ditentukan oleh situasi dan kondisi, tapi hidup kita ditentukan oleh Tuhan”, ungkap Ferdinand.
Kondisi fisik Like memang belum pulih benar tapi seiring dengan waktu, Like sudah mampu berjalan. Keputusan mereka untuk tidak menyerah karena situasi pun akhirnya menjadi inspirasi bagi banyak orang di sekelilingnya. Ferdinand dan istrinya pun selalu bersyukur dan menganggap ini adalah rancangan Tuhan yang luar biasa.
“Tuhan, Engkau baik, Engkau luar biasa bagi hidup kami”, Ferdinand menutup kesaksiannya.
Sumber : V111215144942